kembali mengalami erupsi pada Jumat (10/4). Berdasarkan informasi dari situs MAGMA Indonesia (magma.esdm.go.id), letusan tersebut terjadi pada pukul 22.35 WIB.
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, asap kawah utama berwarna kelabu dan hitam dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 200-500 meter keluar dari puncak.
Selain itu, pada pukul 23.10 WIB (10 April 2020), radiasi panas abu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau juga tertangkap satelit Himawari-8 melalui citra termal resolusi spasial rendah.
Kemudian pada pukul 23.50 WIB, semburan debu vulkanik Anak Krakatau semakin membesar dan kolom abu semakin tinggi hingga pada gambar animasi tampak berwarna merah.
Dari citra dapat dilihat abu vulkanik bergerak ke arah barat daya menuju Pulau Sumatera bagian Selatan. Citra termal satelit Himawari-8 ini hanya mampu menangkap kejadian erupsi yang secara temperatur berpengaruh besar pada lingkungan sekitar dan mempunyai dimensi yang luas.
Erupsi terus berlanjut hingga Sabtu (12/4) pagi. Tepat pada pukul 10.00 WIB, satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI berhasil merekam erupsi Anak Krakatau secara visual, dengan resolusi spasial 3,5 meter dan luas cakupan 7x7 km. Pada citra satelit tampak abu dan asap letusan Gunung Anak Krakatau mengarah ke sisi utara.
Secara visual lokasi sumber asap yang menandakan posisi kawah masih sama dengan pada saat sebelum terjadi letusan pada Jumat (10/4). Hal ini menunjukkan letusan saat itu tidak menyebabkan perluasan kawah secara signifikan.
Sedangkan batas kedangkalan perairan di sekitar Gunung Anak Krakatau terlihat dari warna perairan yang lebih terang dengan batas putih kecoklatan memanjang di sisi barat laut hingga selatan gunung.
No comments:
Post a Comment