Jualan Gorengan di Gerobak Ditinggal Ibadah, Pencuri Datang Mengambil Uang 45 Ribu, Padahal Untung Mbah Hawati Cuma Rp 200 - TOGEL ONLINE TERPERCAYA

Breaking

Sunday, March 15, 2020

Jualan Gorengan di Gerobak Ditinggal Ibadah, Pencuri Datang Mengambil Uang 45 Ribu, Padahal Untung Mbah Hawati Cuma Rp 200



Jualan Gorengan di Gerobak Ditinggal Ibadah, Pencuri Datang Mengambil Uang 45 Ribu, Padahal Untung Mbah Hawati Cuma Rp 200


Mbah Hawati cuma bisa mengikhlaskan uang Rp 45 ribu hasil jualan gorengannya yang dicuri maling.
Awalnya, sebuah video menunjukkan seorang pria santai mengambil uang Rp 45.000 dari gerobak gorengan milik Mbah Hawati (65) viral di media sosial.
Padahal, sekali berdagang, Mbah Hawati hanya mengambil untung Rp 200 perak per item.
Peristiwa tersebut terjadi di depan Masjid Haqul Yakin di kawasan Dinoyo, Surabaya pada Selasa (10/3/2020).
Saat Mbah Hawati shalat Dhuhur di masjid, seorang pria berkaus biru bercelana panjang gelap terekam menghampiri gerobak yang terparkir di halaman masjid.
Semenjak kejadian tersebut, Mbah Hawati memilih tak berdagang.
"Capek saya. Kalau kemalingannya sudah saya ikhlaskan," ucap Mbah Hawati di rumahnya pada Kamis (12/3/2020), dilansir dari suryamalang.com.
Saat tahu uangnya hilang, Mbah Hawati berterus terang kepada peyuplai barang dagangannya karena tak bisa membayar barang.
Oleh penyuplai, Mbah Hawati diminta tak perlu mengganti barang yang telah dijual.
"Saya gak dibolehin ganti. Mereka ikhlas saya pun juga ikhlas," jelas Mbah Hawati.
Untung Rp 200 per item
Sehari-hari Mbah Hawati berdagang gorengan, kerupuk, sate usus, dan buah-buahan dengan gerobaknya.
Dari dagangannya, Mbah Hawati hanya mengambi keuntungan Rp 200 per item.
Nenek asal Madura itu bercerita ia ke Surabaya bersama suaminya setelah menikah.
Namun ia mengaku lupa tahun pertama kali datang di Surabaya.
"Tahun berapanya saya lupa. Pokoknya pas itu awal nikah sama suami, saya langsung dibawa ke Surabaya," kata Mbah Hawati.
Saat pertama kali datang, Mbah Hawati berjualan dawet dengan cara menyunggi daganganya di atas kepala.
"Itu saya jualan es dawet," ucap Mbah Hawati.
Sang suami tercinta meninggal pada tahun 2005. Lima tahun kemudian, Mbah Hawati berdagang menggunakan gerobak agar dapat berkeliling kampung lebih jauh.
"Ya Alhamdulillah muternya saya bisa lebih jauh sekarang,"

No comments:

Post a Comment