BMKG Beberkan Soal Hoaks Suhu Panas Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan soal hoaks suhu terpanas di Indonesia yang menyebar lewat media sosial dan layanan pesan instan. Berdasarkan keterangan dari data BMKG suhu terpanas Indonesia tidak pernah terdaftar lebih dari 40 derajat Celcius.
BMKG memang tidak menolak kalau sejumlah kota di Indonesa ketika ini memang tengah dilanda suhu panas. Namun, suhu itu tidak setinggi yang beredar di masyarakat. Pesan yang beredar di masyarakat menyinggung suhu panas di Indonesia yang menjangkau 40-50 derajat Celcius.
"Berdasarkan data histori, suhu maksimun di Indonesia belum pernah menjangkau 40 derajat Celsius," jelas Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo,
Data BMKG menyinggung suhu tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia sebesar 39,5 derajat celcius pada tahun 2015 di Kota Semarang, Prov Jateng.
Bahkan pada tanggal 20 Oktober 2019, tiga stasiun pemantauan BMKG di Sulawesi yang menulis suhu maksimum tertinggi sepanjang tahun. Ketiga stasiun tersebut yakni Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) yang menulis 38,8 derajat Celcius.
Suhu tinggi lainnya terdaftar oleh Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat Celcius dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera, Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan suhu 37,8 derajat Celcius. Padahal pada periode Oktober 2018, suhu maksimum melulu mencapai 37 derajat Celcius.
Lebih lanjut, menurut keterangan dari Mulyono suhu panas yang terjadi di distrik Indonesia adalahfenomena dampak dari adanya gerak semu tahunan matahari. Gerak semu ini terjadi sebab sumbu rotasi bumi yang oleng terhadap matahari.
Sehingga, bila dicermati dari Bumi, Matahari terlihat bergerak bergantian ke belahan Bumi unsur utara dan selatan. Sehingga potensi suhu udara panas laksana ini pun dapat berulang pada periode yang sama masing-masing tahunnya saat posisi Matahari sedang di atas khatulistiwa.
BMKG mengimbau masyarakat yang terdampak suhu udara panas ini guna minum air putih yang lumayan untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang mengayomi kulit dari sinar matahari andai beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai kegiatan yang dapat merangsang kebakaran hutan dan lahan terutama di wilayah-wilayah yang mempunyai potensi tinggi karhutla.
Di samping itu, BMKG pun mengimbau masyarakat untuk memperhatikan sekali adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
No comments:
Post a Comment