Sedotan Stainless Tak Bisa Dibilang Ramah Lingkungan
Saat ini beberapa restoran cepat saji di Jakarta tidak sedikit yang tak lagi meluangkan sedotan plastik guna pengunjung. Hal ini dilaksanakan demi meminimalisir sampah plastik yang susah didaur ulang.
Kemudian, sedotan stainless menjadi populer. Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah sedotan dari logam ini dapat dikatakan gagasan brilian untuk menolong menjaga lingkungan?
Dilansir dari laman Asia One, Jumat, 16 Agustus 2019, sedotan stainless nyatanya tidak dapat disebut 100 persen ramah lingkungan laksana yang dipikirkan tidak sedikit orang. Disebutkan, dari proses penciptaan sampai pengiriman, sedotan ini meninggalkan limbah.
Jika anda menggunakannya, sama saja ikut berkontribusi 2,8 miliar pound limbah beracun dari logam, 20 persen sampah laut dari ekspedisi internasional dan 2 juta ton limbah dari kemasan.
Meski begitu, masing-masing produk produksi memang susah untuk benar-benar terlepas dari tidak menghasilkan sampah sama sekali. Sebagian besar meninggalkan jejak karbon untuk ekosistem.
Gerakan ramah lingkungan yang kini terjadi pun mulai bergeser ke arah kantong belanja, yang pasti saja belum pasti ramah lingkungan. Tapi klaim ini tidak boleh sampai menciptakan kalian kembali memakai barang-barang sekali pakai.
Soal mengawal lingkungan, tak dapat melulu menyalahkan sebuah produk, namun bagaimana perilaku insan menggunakannya. Dengan kaya kata lain, perilaku anda di masa mendatang yang mesti anda perhitungkan, bukan seberapa tidak sedikit produk ramah lingkungan yang anda miliki. (ann)
No comments:
Post a Comment