Review Film: 'The Divine Fury - TOGEL ONLINE TERPERCAYA

Breaking

Wednesday, August 14, 2019

Review Film: 'The Divine Fury

Review Film: 'The Divine Fury

Review Film: 'The Divine Fury'

Perfilman Korea Selatan kembali disemarakkan dengan film horor berbumbu agama dan sekte. Film The Divine Fury muncul mengusung tema serupa menyusul film The Sixth Finger yang sudah tayang pada Februari 2019. 

The Divine Fury adalahfilm horor perdana yang ditulis serta diciptakan oleh sutradara Kim Joo-hwan. Kali ini ia pulang menggandeng Park Seo-joon sesudah mereka berkolaborasi dalam Midnight Runner.

Kim Joo-hwan sebelumnya menuliskan dirinya mencatat The Divine Fury setelah menyaksikan patung malaikat melawan iblis saat dirinya berangjangsana ke Prancis sejumlah waktu lalu. 


Kisah The Divine Fury dibuka dengan pembicaraan antara Yong-hoo (Park Seo-joon) kecil dengan ayahnya (Lee Seung-joon) tentang iman keyakinan dan bantuan Tuhan. Namun, Yong-hoo mulai meragukan kepercayaannya saat sang ayah meninggal dampak kecelakaan mobil. Tahun demi tahun berlalu, Yong-hoo yang menjadi juara tinju dunia kesudahannya memilih berhenti percaya pada Tuhan.
Pada sebuah malam, Yong-hoo memiliki mimpi buruk dan telapak tangannya terluka. Konsultasi ke dokter tak membuahkan hasil dan tidak memuaskan rasa penasaran, ia menyimpulkan mengunjungi cenayang. Setelah melihat situasi Yong-hoo, cenayang tersebut menganjurkan ia pergi mendatangi Father Ahn (Ahn Jung-ki), seorang pendeta sekaligus pengusir setan dari Vatikan. 

Jalan kisah mulai menarik saat Yong-hoo pergi menjumpao dengan Father Ahn. Belakangan, ia justeru mulai menolong Father Ahn mengenyahkan setan termasuk ketika melawan uskup jahat (Woo Do-hwan).

Sejak awal, penonton dapat dengan jelas menyaksikan dan menikmati unsur-unsur agama dalam The Divine Fury. Sutradara Kim Joo-hwan tidak sedikit menggunakan simbol-simbol agama laksana salib serta rosario. Percakapan antartokoh turut mencerminkan perubahan kepercayaan dari Yong-hoo. 

Satu pesan yang dikatakan The Divine Fury yaitu iblis menipu dan memanipulasi. 

Kim Joo-hwan memilih mencerminkan iblis dalam format menawan serta unik perhatian. Si jahat juga diperlihatkan dalam format 'penolong' ketika sejumlah karakter dalam The Divine Fury berada pada titik terendah yang paling gelap. Tak lupa, The Divine Fury memasukkan simbol-simbol kegelapan layaknya film horor sekte, laksana kepala kambing, ular, burung gagak, darah serta salib terbalik. 

Apa makna pengusiran setan tanpa adegan orang melayang? Adegan yang dipopulerkan film The Exorcist (1973) juga dipakai dalam The Divine Fury. Namun, urusan tersebut tak sukses menebar horor untuk para pemirsa dalam studio bioskop. Adegan pengusiran justeru terlihat laksana dalam film laga.
The Divine Fury memang menawarkan sesuatu yang bertolak belakang mengenai pengusiran setan. Proses ritual diperlihatkan memerlukan keterampilan Yong-hoo sebagai juara tinju dunia, tak melulu pendeta dan pembacaan ayat suci. 

Ritual-ritual kegelapan yang diperlihatkan justru justeru sedikit menggelitik tawa karena mengingatkan pada santet yang berlaku di Indonesia: boneka, darah segar, jantung fauna serta perangkat tusuk. 

Sayang, kentalnya bagian agama serta simbol setan sama sekali tak tergambarkan dari pemilihan sosok kegelapan.

Sosok-sosok yang muncul justeru terlihat laksana monster dan alien, bayang-bayang hitam yang terlihat laksana laba-laba sampai Ryuk, karakter anime Death Note. Belum lagi sosok akhir sang uskup jahat yang justeru membuat pemirsa bingung. 

Meski tak terlalu sukses menghantui penonton, sinematografi The Divine Furycukup unik terutama dalam mencerminkan adegan-adegan pengusiran setan. Music scoring yang menyertai pengutipan ayat-ayat buku suci pun membuat jantung pemirsa berdegup lebih kencang dari biasanya. 

No comments:

Post a Comment