Kongres PSSI: Maju Kena, Mundur Kena
Komite Eksekutif (Exco) PSSI belum menciptakan keputusan merespons Surat FIFA.
Dalam surat per tanggal 7 Agustus, FIFA menampik Kongres Pemilihan Ketua, Wakil Ketua dan Exco PSSI dimajukan dari Januari 2020 menjadi November 2019. Badan sepak bola dunia tersebut meminta Kongres PSSI tetap dilangsungkan sesuai kegiatan tahunan.
Pertimbangannya laksana yang tertuang dalam surat tersebut pun jelas. FIFA menilai tak ada dalil urgen untuk PSSI guna memajukan Kongres Pemilihan tersebut.
FIFA sendiri sudah memahami PSSI melangsungkan Kongres Luar Biasa (KLB) pada 27 Juli lalu. Agenda utama KLB itu untuk menyusun Komite Pemilihan Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) PSSI.
Pertimbangan lainnya ialah faktor Kode Pemilihan baru yang bakal diterapkan dalam Kongres Pemilihan PSSI. FIFA menyaksikan KP dan KBP perlu waktu persiapan dan perencanaan yang lumayan panjang untuk merealisasikan Kode Pemilihan hasil revisi.
Surat FIFA tersebut menimbulkan situasi yang dilematis untuk Exco. Maju kena, mundur juga kena.
Jika PSSI tetap memajukan Kongres Pemilihan, mereka bakal berbenturan dengan imbauan FIFA tersebut. Sebaliknya andai tetap mengekor kehendak FIFA, PSSI melalaikan tuntutan sebanyak anggota PSSI terutama empunya suara yang meminta Kongres dimajukan.
Gusti Randa dan Refrizal yang adalahanggota Exco PSSI membetulkan bahwa PSSI berjuang menjauhi potensi perdebatan dengan mengabulkan Kongres Pemilihan menjadi November.
KLB sebelumnya menyepakati Kongres Pemilihan dimajukan dari Januari 2020 menjadi November. Bulan itu dipilih sebab tidak menabrak Statuta FIFA yang mengaku Kongres Pemilihan dapat digelar paling tidak setelah 90 hari kerja KP dan KBP.
Refrizal mengaku meski empunya suara yang meminta Kongres Pemilihan dimajukan bukan mayoritas, Exco tak hendak kembali terjadi perpecahan salah satu anggota PSSI.
Situasi lainnya ialah Ketua PSSI pengganti Edy Rahmayadi, Joko Driyono, terlibat permasalahan pidana. Dasar ini yang menjadi acuan Exco PSSI segera melangsungkan KLB pada 27 Juli.
Keputusan Exco PSSI guna mempercepat Kongres Pemilihan pun masih terdapat kaitannya dengan situasi-situasi tersebut. Plt Ketua PSSI Iwan Budianto dinamakan Gusti Randa, tak hendak terjadi friksi lagi salah satu para anggota PSSI.
Pilihan PSSI rupanya tidak gayung bersambut dengan FIFA. FIFA tetap meminta PSSI melangsungkan Kongres Pemilihan pada Januari 2020 cocok agenda Kongres Tahunan.
FIFA tampaknya menilai kondisi yang dirasakan PSSI ketika ini bukan situasi 'luar biasa'. Salah satu indikatornya ialah organisasi masih berlangsung dengan baik.
Kepemimpinan Iwan Budianto sebagai pengganti Joko Driyono pun agaknya dinilai FIFA berlangsung kondusif.
Alasan lain ialah percepatan Kongres PSSI menjadi November malah akan menabrak sebanyak agenda yang sudah berjalan.
Salah satunya ialah Liga 1 2019 yang baru selesai pada Desember. Belum lagi dalil lain yang mempunyai sifat organisasi laksana laporan audit finansial yang rutin dilaksanakan pada akhir tahun, dalam urusan ini Desember.
Pertanyaan yang lantas mencuat, siapa menemukan apa andai Kongres dimajukan atau cocok agenda Kongres Tahunan?
Exco melalui penjelasan Gusti Randa dan Refrizal sendiri menegaskan PSSI tak mempunyai kepentingan.
"Kongres dimajukan atau tidak, PSSI tidak punya kepentingan apa-apa. Tak terdapat pengaruhnya bikin PSSI Kongres maju atau tidak," kata Gusti dalam obrolan singkat dengan CNNIndonesia.com.
Di sisi lain, sebanyak voter yang tergabung dalam barusan Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) sempat mempertanyakan soal dalil FIFA meminta Kongres tetap Januari 2020. Mereka memandang PSSI tidak memasukkan dalil keputusan percepatan Kongres pada 2019.
Sejumlah tudingan kemudian ditunjukkan kepada Exco PSSI. Beberapa pihak mencurigai pengurus ketika ini enggan kehilangan 'pembagian kue' komersial di persaingan Liga 1 yang selesai pada Desember. Meski sebetulnya tuduhan tersebut tak berdalih karena Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) seringkali digelar pada Februari.
Voter dari sebanyak klub maupun Asosiasi Provinsi PSSI di gerbong KPSN kelihatannya jadi di antara yang getol supaya Kongres dipercepat.
Kegetolan semua voter tersebut malah yang mencuatkan pertanyaan. Apa kepentingan mereka segitu ngotot supaya Kongres dipercepat?
Ada bisa jadi bahwa sebanyak voter yang telah konsolidasi kekuatan untuk mengangkat nama calon Ketua PSSI tak hendak kehilangan momentum.
Mereka pun tampaknya mengupayakan mempersempit manuver-manuver dari Status Quo yang dicurigai masih hendak kembali menanamkan orang-orangnya di PSSI.
Meski begitu, dalil anggota PSSI lainnya yang meminta Kongres dipercepat pun patut dipertimbangkan. Salah satunya suara dari klub CEO Liga 3 Persijap Jepara, Esti Puji Lestari, yang memandang PSSI telah krisis keyakinan sehingga Kongres mesti disegerakan.
Dari sisi tata kelola, ia menilai PSSI telah tidak dapat melakukannya dengan baik. Di antara indikasi yang dia contohkan ialah respons lambat PSSI dalam menjawab surat, jadwal yang kerap persaingan yang berganti-ganti, tergolong ketidakjelasan gelaran persaingan Liga 3 yang kini dibuntuti Persijap.
Yang jelas situasinya untuk Exco PSSI laksana dalam film komedi Warkop DKI: Maju Kena, Mundur Kena!
No comments:
Post a Comment